Movie Review
Blog ini berisi berbagai review film.
Senin, 27 November 2017
Minggu, 15 Maret 2015
Fantasy di Paris bersama Para Seniman yang Melegenda
Ah, saya terperangah dengan nama-nama aktor di awal film. Marion Cotillard hingga Adrien Brody, dan mereka bukanlah bintang utama dari film "Midnight in Paris". Tapi pantas saja, ternyata ini adalah film garapan Woody Allen, sutradara kenamaan Amerika Serikat yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia perfilman. Hanya saja, bagi penggemar Woody Allen, mungkin sudah menduga kalau "Mignight in Paris" tidak terlalu mudah untuk dicerna dan ditebak.
Jumat, 20 Februari 2015
Das Leben der Anderen
Ada yang tidak bisa diganti oleh keseruan film-film Hollywood, yaitu film Eropa yang bagus. Tidak bisa disandingkan plotnya, tidak pula aktornya, tidak pula kepuasannya.
Saya menonton Das Leben der Anderen (The Lives of Others) sebanyak dua termin. Pertama, saya tertidur. Alur yang lambat, cerita yang sepertinya tak jelas ke mana arah, membuat saya menyerah pada kantuk. Karena harus memutuskan apakah akan mempertahankan film ini di dalam hardisk eksternal atau tidak, maka saya mengulang lagi film tersebut.
Saya menonton Das Leben der Anderen (The Lives of Others) sebanyak dua termin. Pertama, saya tertidur. Alur yang lambat, cerita yang sepertinya tak jelas ke mana arah, membuat saya menyerah pada kantuk. Karena harus memutuskan apakah akan mempertahankan film ini di dalam hardisk eksternal atau tidak, maka saya mengulang lagi film tersebut.
Selasa, 17 Februari 2015
3 Days to Kill: Just Another Killing Movie
Sebagai penggemar Kevin Costner, mungkin penilaian saya tentang fil 3 Days to Kill, cenderung subjektif. Yah, namanya penggemar....
Harus diaku 3 Days to Kill adalah film action standar Hollywood: banyak adegan pertempuran ala cowboys dan tokoh protagonis selalu selamat. Mungkin yang kurang hanyalah tidak ada perempuan cantik yang harus diselamatkan atau dikorbankan.
Harus diaku 3 Days to Kill adalah film action standar Hollywood: banyak adegan pertempuran ala cowboys dan tokoh protagonis selalu selamat. Mungkin yang kurang hanyalah tidak ada perempuan cantik yang harus diselamatkan atau dikorbankan.
Sabtu, 14 Februari 2015
Selasa, 02 Desember 2014
Men-superhero-kan Dracula
Fenomena vampir keren merebak sejak munculnya novel/film Twilight dan sejenisnya. Sejak saat itu, berbagai serial dan film diproduksi oleh Hollywood untuk meraup keuntungan dari masyarakat yang sedang haus-hausnya akan vampir-vampir keren. Bahkan di dalam negeri, vampir-vampir keren juga bergentayangan di berbagai stasiun televisi. Namun, dari sekian banyak vampir keren, sosok pangeran kegelapan, Dracula itu sendiri, masih duduk manis sebagai sosok menakutkan yang belum kehilangan ke"setan"annya. Inilah tampaknya ingin diolah oleh Universal Studios. Mengeksploitasi sisi lain Dracula.
Kamis, 25 Juli 2013
Where Do We Go Now?
Apa
yang dapat dilakukan oleh seorang perempuan yang sedang berduka?
Tampaknya, mereka dapat melakukan apapun. Itulah yang ingin
diceritakan oleh film Where Do We Go Now?. Film ini berseting di
salah satu desa terpencil di Lebanon saat konflik antara umat Islam
dan Kristen sedang meruncing. Sekelompok perempuan yang sudah lelah
karena terus-menerus berkabung atas kematian kerabat laki-laki mereka
melakukan segala usaha untuk mencegah agar pertumpahan darah tidak
sampai terjadi di desa mereka. Setiap orang berusaha agar semua
berita dan kejadian yang dapat memicu pertikaian tidak terjadi.
Mereka membakar koran, menyabotase tayangan televisi, dan
menyembunyikan senjata yang ada di rumah mereka.
Langganan:
Postingan (Atom)