Senin, 25 Juli 2011

THE FIGHTER : IT'S NOT ONLY ABOUT BOXER

Sudah lebih seminggu saya menonton film The Fighter. Namun, belum juga bisa mengumpulkan sudut pandang yang tepat untuk meriview film ini. Sampai tadi malam, saya melihat di akun twitter teman yang kebetulan salah seorang fans Amy Winehouse (RIP). Ternyata, penyanyi bersuara berat itu mati dalam usia yang sangat muda, 27 tahun. Lalu pagi ini, sambil menunggui kakak ujian, saya mencoba menikmati sarapan yang kesiangan sambil mendengarkan Love is A Losing Games, salah satu tembang andalan Amy Winehouse.


Saya pun kembali membaca bahan-bahan yang sudah terkumpul untuk meriview The Fighter. Salah satu komentar yang paling menarik tentang film ini adalah sisi lain yang ditunjukkan The Fighter. Walau film ini bercerita tentang dunia tinju, nyatanya, bukan hanya sang petinju saja yang disebut 'the fighter'. The fighter adalah kita semua yang setiap hari menghadapi berbagai 'pertandingan' di dalam 'ring' kita masing-masing.


Seorang Amy Winehouse, seperti lagunya, kalah dalam permainannya. Ia mati karena over dosis. The Fighter juga bercerita tentang para loser namun mereka berjuang untuk memenangkan permainan mereka. Film ini dibuka dengan adegan Dick Eklund (Christian Bale) berbicara di depan kamera tentang karir tinjunya. Di sampingnya, duduk adiknya yang berbeda bapak, Micky Ward (Mark Whalberg). Sebagai mantan petinju, penampilan Dick langsung mengandung kecurigaan. Ia ceking dan mirip betul seperti junkies. Benar saja. Beberapa scene kemudian, Dick yang ceria dan humoris diceritakan suka nongkrong di sebuah rumah hijau di daerah tempat tinggalnya di Lowell. Di rumah itu, Dick dan para pencandu lainnya, berpesta narkotika sepanjang hari.

Sementara Dick berpesta, Micky harus berlatih sendirian di gym. Ibu mereka, Alice Eklund (Melissa Leo) menunjukkan sikap yang cukup pilih kasih. Walau sudah tahu kalau Dick adalah pencandu, namun ia selalu bangga pada Dick dan yakin sepenuhnya bahwa Dick akan berhasil melatih Micky untuk menjadi juara. Nyatanya, Micky sejauh ini hanyalah batu loncatan bagi petinju-petinju lain untuk mendapat lawan tanding yang lebih baik. Di bawah arahan Dick dan dimanejeri oleh ibunya, Micky justru mendapat kekalahan yang memalukan. Bukan saja malu kepada seluruh masyarakat Lowell, Micky juga tak berhasil memenuhi janji kepada puterinya yang sudah berada di asuhan mantan isterinya. Kehidupan Micky berubah berkat kehadiran Charlene (Amy Adams), seorang mahasiswa yang berhasil mendapat bangku di universitas berkat bakatnya sebagai atlit loncat tinggi, namun berakhir sebagai penjaga bar.

Seluruh karakter di dalam film ini benar-benar berjuang dalam ring mereka masing-masing. Tak mudah memang. Bagi Micky, keluar dari cengkraman keluarga, abang pencandu, ibu yang mau menang sendiri, bapak yang tak berkutik di bawah ketiak isterinya, mantan isteri yang tak bersahabat, adalah sesuatu yang sangat sulit. Sementara Dick harus menghadapi kehidupan di penjara akibat perbuatannya sendiri. Dalam keadaan yang semakin sulit, setiap karakter bertambah dewasa dan berusaha memenangkan pertandingan mereka masing-masing.

Di dalam penjara, Dick yang tersadarkan oleh sebuah tayangan yang dia pikir dibuat untuk memuja dirinya, namun ternyata bercerita tentang seorang mantan juara tinju yang jatuh ke dalam jerat narkoba. Ia kemudian berusaha membersihkan diri dan berlatih fisik setiap hari. Sementara Micky akhirnya memutuskan 'memecat' ibunya sendiri dan memilih Micky O'Keefe (diperankan oleh dirinya sendiri), seorang polisi yang sudah cukup uzur, untuk menjadi manajernya. Kehidupan Micky menunjukkan titik cerah ketika akhirnya ia berhasil mengalahkan Alfonso Sanchez yang lebih diunggulkan.

Sekeluarnya Dick dari penjara, percekcokan tak terhindarkan lagi. Charlene dan O'Keefe di satu kubu versus Dick dan Alice. Mereka memperebutkan Micky. Sementara Micky ingin semuanya mendukung dirinya. Percekcokan itu akhirnya bisa diakhiri dengan manis ketika Dick dengan lapang dada mendatangi Charlene dan O'Keefe. Tentu itu semua demi satu tujuan, membuat Micky menjadi juara tinju kebanggaan Lowell.

Menonton The Fighter tak mungkin bisa kita lakukan tanpa memberikan perhatian lebih kepada sosok Christian Bale yang kembali berhasil berakrobat dengan berat badannya. Sang pemeran Bruce Wayne dalam Batman The Beginning ini kembali tampak kurus dan ringkih seperti ketika ia berperan dalam film The Machinist. Sepertinya Bale tak punya kesulitan menaik-turunkan 30 kilogram berat badannya. Selain menurunkan berat badan, Bale juga fasih berbicara dengan aksen Massachusetts. Untuk perannya di The Fighter Bale diganjar dengan Oscar dan Golden Globe sebagai Best Supporting Actor.

Bersama Christan Bale, Melissa Leo juga memenangkan Oscar, Golden Globe, dan beberapa penghargaan lainnya sebagai Best Supporting Actress. Saya sendiri sangat merasa terhibur dengan tatanan rambutnya yang supertinggi, mengingatkan saya pada sebuah merk hair spray berwarna merah jambu tua milik ibu saya. Di beberapa kritik, kehadiran Melissa Leo jauh melebihi perannya sebagai ibu yang suka mengatur, namum menunjukkan secara eksplisit peran perempuan di dalam dunia tinju, bukan saja sebagai cewek berpakaian superseksi yang berjalan wara-wiri di dalam ring tinju sambil mengangkat papan ronde. Walau tak menang untuk Best Picture, namun The Fighter mampu hunjuk gigi sebagai film olah raga yang diolah dengan sangat baik.

Dan sekali lagi, diiringi Love is A Losing Game dari Amy Winehouse, saya berharap semoga film Indonesia bisa mengangkat kehidupan, perjuangan, dan kekalahan para atlet untuk meraih kemenangan. Walau tak sama kualitasnya seperti The Fighter, tapi janganlah hanya bermodalkan tampang ganteng Irfan Bachdim. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar