Senin, 11 Juli 2011

PASTA : MENDRAMATISIR DAPUR RESTORAN

Dalam rangka liburan panjang selama berbulan-bulan, saya harus menyusun strategi pertahanan diri agar tak sampai mati bosan. Akhirnya, di siang hari, mata saya melotot patuh pada tayangan televisi. Karena saya tinggal di tempat kakak sepupu, maka saya pun menonton tayangan favorit mereka : DRAMA KOREA! Di antara deretan drama Korea yang melulu membahas hubungan dalam keluarga, sebulan setelah berkutat dengan tema yang itu-itu saja, saya mendapat tema yang cukup segar. Pasta, sebuah drama yang mendramatisir kondisi dapur sebuah restoran Italia di Korea.



Ceritanya, Seo Yoo Kyung, seorang asisten dapur yang sudah bekerja di La Sfera mendapati kenyataan pahit bahwa chef baru yang dipekerjakan di restoran tersebut ternyata memiliki prinsip 'Tak Ada Perempuan di Dapurku'. Akibatnya, dengan berbagai dalih, Choi Hyun Wook, sang chef, memecat semua chef baru, termasuk Seo Yoo Kyung. Yoo Kyung yang sudah mati-matian bertahan sebagai budak dapur selama tiga tahun, tak rela dipecat begitu saja.

Tanpa tahu malu, tebal muka, ia terus saja muncul di dapur La Sfera. Tindakan-tindakan konyol pun muncul di berbagai adegan di beberapa episode. Malam pertama dipecat, Yoo Kyung nekad tidur dan menginap di loker restoran yang kebetulan adalah milik sang chef superjutek itu. Ia juga dengan bebalnya rela kembali menjadi asisten dapur asalkan bisa tetap bekerja di La Sfera. Dalam berbagai kesusahan, seorang secret admirer bernama Mister Kaktus selalu menyemangatinya. Tak disangka ternyata sang pengagum adalah Kim San, pelanggan lama La Sfera yang juga adalah pemilik restoran tersebut.

Relasi Yoo Kyung dan sang chef perlahan berubah menjadi kisah cinta romantis setelah Yoo Kyung mampu membuktikan kebebalannya dan terus bertahan di La Sfera melewati beberapa kali pemecatan, kecelakaan, dan penghinaan tanpa henti. Kisah cinta antara Yoo Kyung dan Hyun Wook tak berjalan mulus. Hambatan awal muncul dari pihak sang chef yang bertahan dengan prinsipnya bahwa di dapur tak boleh ada kisah asmara. Sekali lagi, Yoo Kyung, mampu menunjukkan kebebalannya. Setelah pernyataan cinta keluar dari mulut sang chef sendiri, kisah asmara mereka diuji lagi dengan peraturan yang dibuat sendiri oleh Hyun Wook yaitu tak boleh ada kisah asmara di dapur La Sfera. Karena ketahuan pacaran, akhirnya, sang chef pun mengundurkan diri.

Konflik berkembang saat Hyun Wook keluar dari restoran tersebut. Chef Oh Sae Young yang menggantikan posisinya sebagai kepala chef adalah mantan pacar Hyun Wook yang juga saingannya ketika dulu di Italia. Namun, persaingan mereka di masa lalu ternyata berbuntut panjang. Akhirnya, karena tak dapat lagi berkelit, Sae Young pun mundur dari La Sfera. Dengan kosongnya posisi chef, Hyun Wook kembali ke La Sfera.

Walau menyelamatkan restoran, kembalinya Hyun Wook ditentang oleh beberapa staf dapur yang digawangi oleh asisten chef Geum Suk Ho (Lee Hyung Chul). Perpecahan di dapur pun berlanjut. Hyun Wook dan koki-koki Italia (tapi orang Korea) versus Geum Suk Ho dan para koki lokal. Sementara Yoo Kyung berusaha netral dan sering kali terjepit di tengah. Akhirnya, dengan adanya sebuah kompetisi memasak, kedua kubu ini pun bisa bersatu dan meraih kemenangan.

Seperti halnya K-drama lainnya, Pasta juga mengunggulkan wajah-wajah indah nan rupawan. Sedikit berbeda memang karena Gong Hyo Jin bisa dibilang tidaklah terlalu cantik. Namun, aktingnya sangat enak dinikmati. Saya bahkan sampai terbawa dan menghina Yoo Kyung habis-habisan karena ketololan dan kebebalannya yang terus ingin bertahan di La Sfera. Namun, untuk tokoh lainnya, termasuk Lee Sun Gyun, semuanya tipikal pria-pria Korea (klimis sampai kulitnya seperti bisa membuat lalat pun terpeleset).

Tema kehidupan di dapur restoran, seperti yang saya singgung sebelumnya, tentu sesuatu yang baru. MBC, rumah produksi Pasta, kelihatannya tak setengah-setengah menggarap drama ini. Di kredit title, ada ikon sebuah rumah makan Itali sebagai salah satu pendukung produksi. Dan mengenai masalah percintaan, saya tak akan komentar banyak deh. Ini drama Korea, gitu lho.

Sebagai feminis, saya jelas tersinggung dengan pernyataan dua tokoh di drama tersebut. Choi Hyun Wook dan bapak Yoo Kyung, Seo Jong Gyu yang meremehkan perempuan dalam meraih karir sebagai koki. Aksi Yoo Kyung setahap demi setahap mampu meruntuhkan persepsi kedua laki-laki tersebut. Dan saya acungkan jempol buat si penulis skrip, Seo Sook Hyang yang membuat dialog Yoo Kyung yang menyatakan tak akan memasak untuk suaminya. Pernyataaan itu diejek oleh Hyun Wook yang menyatakan mana mungkin seorang suami yang menyiapkan masakan untuk isterinya. Sebagai balasan, cukup jelas tersirat apa maksudnya, Yoo Kyung membalas kalau dia akan mencari suami yang juga seorang chef sehingga mau memasak untuknya. Namun, saya sedikit patah arang ketika justru Yoo Kyung yang memasakkan sarapan untuk Hyun Wook.

Pertanyaan selanjutnya, apakah benar konflik di dapur yang sebenarnya seribet di dapur La Sfera? Saya sih tak tahu pasti. Mungkin saja memang seribet itu kalau chef-nya memang segalak Choi Hyun Wook. Namun, saya tak yakin di dunia ini ada perempuan setegar (baca : setolol) Seo Yoo Kyung yang mampu bertahan di bawah penindasan seorang chef superkejam. Paling tidak, kalau dilihat dari segi positifnya, drama ini bisa menginspirasi para perempuan untuk bertahan di dunia masak-memasak yang sangat berat. Tapi, dari sisi berlawanan, harus dicatat bahwa jangan mimpi deh kalau chef Choi Hyun Wook yang tampan dan cerdas itu benar-benar ada di dunia nyata. Kalaupun ada, pasti dia tak akan memilih perempuan bertampang biasa-biasa saja seperti Seo Yoo Kyung. So, stop dreaming, girls!

1 komentar: