Sabtu, 30 Juli 2011

THE KING'S SPEECH : DERITA SANG RAJA GAGAP

Sebagai seorang adik, wajar kalau Albert (Colin Firth) merasa selalu berada di bawah bayang-bayang si kakak yang lebih tampan, flamboyan, dan juga selalu bisa mengekspresikan dirinya. Edward kecil kemudian tumbuh sebagai pria yang tertekan. Ia yang alaminya bertangan kidal kemudian berusaha untuk menjadi 'normal' dan menggunakan tangan kanannya. Namun, dampak dari tekanan mental yang dihadapinya di masa lalu, ia menjadi seorang yang gagap.

Kegagapan itu menjadi masalah besar karena sang ayah, Raja George V (Michael Gambon), menekankan betapa pentingnya broadcasting di dalam monarki modern. Dan Albert harus bersiap untuk itu karena ialah yang kemungkinan akan meneruskan monarki mengingat kakaknya, David (Guy Pearce), akan mengacaukan keluarga dan kerajaan kalau naik tahta.

SHELTER : THRILLER DENGAN AKHIR YANG MENGECEWAKAN

Sejak membaca novel Sidney Sheldon yang berjudul Tell Me Your Dream, saya memang sedikit maniak dengan tema-tema psikologis, baik buku maupun film. Di barisan film, selain Silence of The Lamb (produksi 1991) dan sekuelnya Hannibal (2001) yang dibintangi oleh Julianne Moore, ada beberapa film dengan genre thriller misteri yang menggunakan pendekatan psikologis. Sebut saja The Others (produksi 2001) dan The Sixth Sense (produksi 1999). Saat pertama membaca riview film Shelter, saya langsung merasa kalau film ini lumayan menarik untuk ditonton.

Senin, 25 Juli 2011

THE FIGHTER : IT'S NOT ONLY ABOUT BOXER

Sudah lebih seminggu saya menonton film The Fighter. Namun, belum juga bisa mengumpulkan sudut pandang yang tepat untuk meriview film ini. Sampai tadi malam, saya melihat di akun twitter teman yang kebetulan salah seorang fans Amy Winehouse (RIP). Ternyata, penyanyi bersuara berat itu mati dalam usia yang sangat muda, 27 tahun. Lalu pagi ini, sambil menunggui kakak ujian, saya mencoba menikmati sarapan yang kesiangan sambil mendengarkan Love is A Losing Games, salah satu tembang andalan Amy Winehouse.

Jumat, 15 Juli 2011

NEVER LET ME GO : Teriakan dalam Kebisuan Verbal

Sudah lama betul saya tak menikmati film bernas dan berbobot namun tak mengumbar banyak kata untuk menuturkan ide si pembuat film. Terakhir kali saya menonton film berkelas seperti itu adalah ketika menonton kumpulan film pendek Akira Kurosawa berjudul Dreams. Sayang, cd film itu turut menjadi korban banjir besar yang melanda Medan pada 1 Apri 2011 silam. Dan saya juga tak berharap mendapat sajian film setara dengan karya Kurosawa di film garapan Hollywood yang biasanya selalu royal menggunakan bahasa verbal.

Senin, 11 Juli 2011

PASTA : MENDRAMATISIR DAPUR RESTORAN

Dalam rangka liburan panjang selama berbulan-bulan, saya harus menyusun strategi pertahanan diri agar tak sampai mati bosan. Akhirnya, di siang hari, mata saya melotot patuh pada tayangan televisi. Karena saya tinggal di tempat kakak sepupu, maka saya pun menonton tayangan favorit mereka : DRAMA KOREA! Di antara deretan drama Korea yang melulu membahas hubungan dalam keluarga, sebulan setelah berkutat dengan tema yang itu-itu saja, saya mendapat tema yang cukup segar. Pasta, sebuah drama yang mendramatisir kondisi dapur sebuah restoran Italia di Korea.



SERDADU KUMBANG : FILM MENYESAKKAN YANG SARAT PROMOSI DAN KHOTBAH

Pertama kali melihat poster Serdadu Kumbang, saya langsung mengharamkan film ini. Pasalnya, sebuah ikon perusahaan pertambangan yang kerap dituduh sebagai perusahaan perusak lingkungan didapuk menjadi sponsor utama film ini. Namun, di tengah minimnya film bagus (baca : film impor) beredar di Indonesia, saya tak punya pilihan banyak. Terutama karena saya membawa anak berumur 7 tahun. Jadi, jatuhlah pilihan saya pada film Serdadu Kumbang.

Jumat, 08 Juli 2011

INSIDIOUS : FILM BARU DENGAN RAMUAN HOROR YANG JADUL

Film horor bukanlah jenis film favorit saya. Selain karena jarang sekali horor yang cukup cerdas dan artistik, film horor selalu tak memenuhi unsur menghibur karena setelah menonton, biasanya orang justru ketakutan. Jadi, kenapa harus buang-buang uang dengan film horor?