Jumat, 20 Februari 2015

Das Leben der Anderen

Ada yang tidak bisa diganti oleh keseruan film-film Hollywood, yaitu film Eropa yang bagus. Tidak bisa disandingkan plotnya, tidak pula aktornya, tidak pula kepuasannya.

Saya menonton Das Leben der Anderen (The Lives of Others) sebanyak dua termin. Pertama, saya tertidur. Alur yang lambat, cerita yang sepertinya tak jelas ke mana arah, membuat saya menyerah pada kantuk. Karena harus memutuskan apakah akan mempertahankan film ini di dalam hardisk eksternal atau tidak, maka saya mengulang lagi film tersebut.


Persis seperti buku atau film-film Eropa lainnya, sepertiga masa awal film ini sungguh perjuangan berat. Saya sampai harus minta bantuan google untuk mencari tahu, apakah film ini layak ditonton atau saya skip dan hapus saja. Ternyata dari empat website yang memberi penilaian terhadap film produksi Jerman ini, kesemuanya memberikan nilai yang cukup tinggi. Di akhir film, saya mendapat informasi bahwa film ini mendapat Piala Oscar 2006 untuk kategori film berbahasa asing terbaik. Bagi saya, kategori ini sebenarnya sama baiknya dengan film terbaik, hanya saja Das Leben der Anderen berbahasa Jerman.

Das Leben der Anderen adalah film tentang mata-mata. Namun bukan mata-mata dalam gambaran Hollywood. Tak ada scene mengendap-endap yang terlalu didraatisir, tak ada peluru yang berdesing, bahkan ketegangan dengan musik menggelegar jarang sekali ada.

Cerita dimulai saat Kapten Gerd Wiesler (alm. Ulrich Muhe) ditugaskan untuk mematai-matai seorang penulis drama Georg Dryman (Sebastian Koch) yang tinggal bersama kekasihnya pemain teater, Christa-Maria Sieland (Martina Gedeck). Wiesler yang kaku dan disiplin setahap demi setahap masuk ke dalam kehidupan pasangan tersebut dan kolega-kolega mereka.

Kebijakan Jerman Timur kala itu adalah memata-matai setiap orang yang dicurigai. Wiesler yang hidup sendirian, akhirnya merasakan emosi dan gairah kehidupan (ia bahkan menyewa seorang pelacur setelah mendengar pasangan Dryman dan Sieland bercinta). Pada awalnya, Wiesler tak menemukan masalah apapun pada orang-orang yang ia mata-matai. Namun setelah sebuah insiden bunuh diri Albert Jerska (Volkmar Kleinert) seorang sutradara  yang juga sahabatnya, Dryman melakukan aktivitas berbahaya, yaitu membuat tulisan tentang angka bunuh diri di Jerman Timur kala itu.

Pada titik inilah Wiesler harusnya melaporkan aktivitas Dryman yang bisa membuat penulis tersebut dipenjara bertahun-tahun. Namun, dari satu perlindungan kecil yang ia lakukan, akhirnya Wiesler melakukan tindakan yang akhirnya menyelamatkan Dryman namun menghancurkan karirnya.

Pada akhir film, Dryman menulis sebuah buku berjudul Die Sonate vom Guten Menschen (Sonata for a Good Man). Sebuah karya yang ia buat setelah mengetahui bahwa Wiesler-lah yang telah menyelamatkan hidupnya selama masa rezim Jerman Timur. Emosi yang tampak sekilas menunjukkan dinginnya kehidupan Wiesler namun tetap bisa merepresentasikan apa yang ia rasakan ketika akhirnya orang yang ia selamatkan mempersembahkan buku tersebut baginya, walau hanya dalam bentuk kode namanya saja.

Overall, walau mungkun tidak akan menonton lagi film ini, saya akan mempertahannya di hardisk eksternal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar